Newest Post
// Posted by :CAN
// On :Jumat, 09 Januari 2015
BUDAYA PERUSAHAAN DAN MANFAATNYA
Pengetian Budaya Perusahaan
Budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan
akan suatu hal, pengetian dan cara berpikir yang dipertemukan oleh para anggota
orgaanisasi dan diterima oleh anggota baru seutuhnya. (W. Jack Duncan dalam “Organizational Culture:
Getting a Fix on an Elusive Concept”, Academy of Managemenr Executive 3
– 1989).
Tujuan
budaya adalah untuk melengkapi para anggota dengan rasa (identitas) organisasi
dan menimbulkan komitmen terhadap nilai-nilai yang dianut oleh organisasi.
Namun dalam proses selanjutnya seorang praktisi PR turut mengemban misi untuk
mengembangkan dan memelihara budaya perusahaan.
Sedangkan
budaya perusahaan pada sisi yang sama merupakan penerapan nilai-nilai dalam
suatu masyarakat yang terikat bekerja di bawah naungan suatu perusahaan. Budaya
perusahaan umumnya terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama adalah lapisan
yang umumnya mudah dilihat dan sering dianggap mewakili budaya perusahaan
secara menyeluruh. Lapisan pertama ini disebut Visible Artifacts.
Lapisan ini terdiri atas cara orang berperilaku dan berdandan. Termasuk pula
simbol-simbol yang dipakai, kegiatan protokoler (seremonial), dan cerita-cerita
yang sering dibicarakan oleh para anggota. Ini sering disebut sebagai
identitas.
Namun
demikian, Visible Artifacts tidaklah ada begitu saja. Ia hadir mewakili
nilai-nilai yang lebih dalam dari para anggota. Lapisan ke dua yang lebih dalam
itulah yang sesungguhnya disebut budaya. Ini terdiri atas nilai-nilai pokok,
filosofi, asumsi, kepercayaan, dan proses berpikir dalam perusahaan.
Untuk
mengartikan budaya perusahaan, seorang praktisi PR dapat melakukan analisis
yang dimulai dari Visible Artifacts, kemudian melakukan penelusuran
terhadap pidato pendiri, wawancara yang dimuat di media massa, kejadian penting
yang menyebabkan perusahaan harus megnambil tindakan drastis, sejarah
perusahaan, dan mission statemnet perusahaan.
Dalam
mengartikan budaya perusahaan, seorang praktisi PR perlu agak berhati-hati
membaca hal-hal yang visible. Pemberian award yang sama jenisnya
terhadap karyawan di perusahaan yang berbeda bisa berati lain. Di perusahaan A,
pemberian award dimaksudkan untuk menciptakan iklim kompetisi sesama
karyawan sehubungan dengan persaingan yang ketat dalam industri. Sementara di
perusahaan B, pemberian award dimaksudkan agar karyawan betah bekerja
dan terutama ditujukan secara kelompok.
Budaya
Perusahaan dan Strategi Manajemen
Meskipun
berada di luar jangkauan praktisi PR, ada baiknyan praktisi PR memahami bahwa pada
level atas perusahaan, budaya perusahaan dirumuskan oleh pimpinan perusahaan
dengan memperhatikan unsur-unsur di luar perusahaan (lingkungan).
Dalam
merumuskan strategi perusahaan, organisasi didesain dengan mengembangkan budaya
yang cocok dengan keadaan lingkungannya. Hubungan yang pas antara nilai-nilai
budaya, strategi perusahaan dan lingkungan bisnis dapat memperkuat keberhasilan
perusahaan (Daniel R. Denison).
Suatu
studi yang dilakukan oleh Profesor Daniel R. Denison, menunjukkan bahwa ada
empat jenis budaya yang dapat dikembangkan perusahaan sehubungan dengan
strategi dan keadaan lingkungan. Kategori yang dikembangkan oleh Denison, didasarkan oleh
dua faktor, yaitu:
1. Keadaan lingkungan
kompetitif memerlukan tindakan: mengubah atau mendiamkan.
2. Fokus
strategi:internal dan eksternal
Hubungan antara Lingkungan dan Strategi Manajemen
terhadap Budaya Perusahaan
1. Budaya Adaptasi
Budaya adaptasi ditandai oleh lingkungan yang
tidak stabil dengan strategi terfokus pada kegiatan eksternal. Pada budaya
adaptasi ini orang-orang di dalam perusahaan diarahkan agar dapat mendukung
kapasitas organisasi untuk
menangkap tanda-tanda dan menafsirkan tindakan
terhadap perubahan lingkungan ke dalam perilaku baru.
Perusahaan yang menganut budaya ini memerlukan
respons yang segera untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Umumnya budaya ini dianut perusahaan elektronik, pemasaran, fashion goods, dan
produsen kosmetik.
2. Budaya Misi
Budaya ini ditandai oleh keadaan lingkungan yang
relatif stabil. Dalam keadaan lingkungan yang stabil, perusahaan mulai
memperhatikan orang-orang di luar perusahaan. Tujuannya adalah untuk
menyebarkan visi perusahaan kepada khalayak. Visi tersebut memberi arti bagi
para anggota dengan mendefinisikan secara jelas perannya dalam perusahaan.
Orang-orang di dalam perusahaan percaya bahwa misi perusahaan adalah untuk
melayani orang.
3. Budaya Partisipatif
Budaya ini memfokuskan perhatiannya kepada
keterlibatan seluruh orang dalam perusahaan terhadap perubahan lingkungan yang
cepat (unstable). Perusahaan membangkitkan inisiatif para karyawan agar
terlibat dalam kebersamaan melalui rasa tanggung jawab dan rasa memiliki, dan
komitmen yang tinggi terhadap perusahaan. Umumnya perusahaan mengijinkan
karyawan bekerja tanpa jam kerja rutin sehingga karyawan bisa mengatur sendiri
jadwalnya dan bersedia bekerja hingga larut malam. Rasa kepemilikan
dikembangkan melalui profit-sharing atau gain-sharing (kepemilikan saham secara
berkelompok seperti dalam koperasi).
4. Budaya Konsisten
Budaya ini dikembangkan dalam keadaan lingkungan
yang stabil. Dalam keadaan itu, perusahaan memfokuskan strateginya ke arah internal
perusahaan. Simbol, kepahlawanan, dan protokoler yang didesain oleh praktisi PR
dimaksudkan untuk mendukung kerjasama, tradisi, dan mengikuti kebijakan
perusahaan mencapai sasaran tertentu. Di dalam perusahaan ini,
keterlibatan/partisipasi individu tidak terlalu menonjol, tetapi diimbangi
dengan
niat baik untuk menyesuaikan diri (conformity) dan kerjasama antara anggota.
Keberhasilan perusahaan ditimbulkan oleh hubungan antara bagain-bagian dan
manusianya yang saling berpadu dan efisien.