Newest Post
// Posted by :CAN
// On :Kamis, 27 September 2012
Gambar diatas adalah salah satu contoh kebudayaan jepang yang disebut dengan Kabuki
KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Seni pertunjukan tradisional yang masih
berjaya di Jepang dewasa ini adalah antara lain kabuki, noh, kyogen dan
bunraku.
Kabuki adalah sebuah bentuk teater klasik yang mengalami evolusi pada awal
abad ke-17. Ciri khasnya berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh
para aktor, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan
peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make-up
menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kebanyakan lakon
mengambil tema masa abad pertengahan
atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai
wanita, adalah pria.
Noh adalah bentuk teater musikal yang tertua di Jepang. Penceritaan tidak
hanya dilakukan dengan dialog tapi juga dengan utai (nyanyian), hayashi (iringan
musik), dan tari-tarian. Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang
berpakaian kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu
berlapis lacquer. Topeng-topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh
seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak
laki-laki.
Kyogen adalah sebuah bentuk teater klasik lelucon yang dipagelarkan dengan
aksi dan dialog yang amat bergaya. Ditampilkan di sela-sela pagelaran noh,
meski sekarang terkadang ditampilkan secara tunggal.
Bunraku, yang menjadi populer sekitar akhir abad ke-16, merupakan jenis teater
boneka yang dimainkan dengan iringan nyanyian bercerita dan musik yang
dimainkan dengan shamisen (alat musik petik berdawai tiga). Bunraku dikenal
sebagai salah satu bentuk teater boneka yang paling halus di dunia.
Berbagai seni tradisional lainnya, seperti
upacara minum teh dan ikebana (merangkai bunga), terus hidup sebagai bagian
dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Upacara minum teh (sado atau chado)
adalah tata-cara yang diatur sangat halus dan teliti untuk menghidangkan dan
minum teh hijau matcha (dalam bentuk bubuk). Ada hal yang
lebih penting daripada ritual membuat dan menyajikan teh, karena upacara ini
merupakan rangkaian seni yang mendalam yang membutuhkan pengetahuan yang luas
dan kepekaan yang sangat halus. Sado juga menjajaki tujuan hidup dan mendorong
timbulnya apresiasi terhadap alam.
Seni merangkai bunga Jepang (ikebana),
yang mengalami evolusi di Jepang.
Seni ini berbeda dengan penggunaan bunga
yang murni bersifat dekoratif saja, karena setiap unsur dari sebuah karya
ikebana dipilih secara sangat cermat termasuk bahan tanaman, wadah di mana
ranting dan bunga akan ditempatkan, serta keterkaitan ranting-ranting dengan
wadahnya dan ruang di sekitarnya.
KEBUDAYAAN MODERN
Musik klasik masuk ke Jepang dari Barat.
Penggemarnya cukup banyak dan sejumlah konser diadakan di berbagai tempat di
Jepang. Jepang telah melahirkan banyak konduktor (seperti Ozawa Seiji),
pianis, dan pemain biola dan mereka melakukan pertunjukan di seluruh dunia.
Sejak Kurosawa Akira memenangkan
Golden Lion Award di Festival Film Venice pada tahun 1951, dunia perfilman
Jepang menjadi pusat perhatian dunia, dan karya-karya dari sutradara besar
seperti Mizoguchi Kenji dan Ozu Yasujiro mendapat
sambutan luas. Pada tahun-tahun terakhir ini, Kitano Takeshi memenangkan
Golden Lion Award pada Festival Film Venice 1997 dengan karyanya HANA-BI dan
meraih penghargaan sebagai sutradara terbaik pada festival tahun 2003 dengan
karyanya Zatoichi.
Film anime (kartun)
Jepang yang menjadi hiburan bagi anak-anak Jepang sejak tahun 1960-an, kini
diekspor ke seluruh dunia. Ada seri yang menjadi favorit anak-anak seluruh
dunia, seperti Astro Boy, Doraemon, Sailor Moon, Detective Conan, dan
Dragonball Z. Sementara itu, karya sutradara Miyazaki Hayao, Spirited
Away, memenangkan Oscar sebagai film cerita kartun terbaik pada tahun
2003.
Untuk sastra, ada sejumlah pemenang Hadiah
Nobel, yaitu Kawabata Yasunari dan Oe Kenzaburo.
Sementara itu, karya-karya para pengarang yang lebih modern seperti Murakami
Haruki dan Yoshimoto Banana populer di kalangan kaum
muda Jepang dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.
·
Matsuri
Matsuri (祭, Matsuri) adalah kata dalam bahasa Jepang
yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk
Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau
hari libur perayaan.
Matsuri diadakan di banyak tempat di
Jepang dan pada umumnya diselenggarakan jinja atau kuil, walaupun ada juga
matsuri yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan dengan
institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim
gugur disebut Kunchi.
Sebagian besar matsuri diselenggarakan
dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan
panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis,
kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan
sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas
berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan
pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang
dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan
penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama
dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.
Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu
bisa ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang
semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada
matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis
pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas
matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan
pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.
Sejarah
Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, matsuru? menyembah, memuja) yang berarti pemujaan
terhadap Kami atau ritual yang terkait. Dalam teologi agama Shinto dikenal
empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa
(norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi
Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato.
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih
tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja
atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau
konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau
kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal
dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū
merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan
matsuri dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan
peserta umum tidak dibolehkan ikut serta.
Sesuai dengan perkembangan zaman, tujuan
penyelenggaraan matsuri sering melenceng jauh dari maksud matsuri yang
sebenarnya. Penyelenggaraan matsuri sering menjadi satu-satunya tujuan
dilangsungkannya matsuri, sedangkan matsuri hanya tinggal sebagai wacana dan
tanpa makna religius.
Tiga matsuri terbesar
* Gion Matsuri (Yasaka-jinja, Kyoto, bulan
Juli)
* Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
* Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)
* Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli)
* Kanda Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei)
Pengertian lain
Dalam bahasa Jepang, kata “matsuri” juga
berarti festival dan aksara kanji untuk matsuri (祭,
matsuri?) dapat dibaca sebagai sai, sehingga dikenal istilah seperti Eiga-sai
(festival film), Sangyō-sai
(festival hasil panen), Ongaku-sai (festival musik) dan Daigaku-sai (festival
yang diadakan oleh universitas).
Shimin Matsuri adalah sebutan untuk matsuri
yang diselenggarakan pemerintah daerah atau kelompok warga kota dengan maksud
untuk menghidupkan perekonomian daerah dan umumnya tidak berhubungan dengan
institusi keagamaan.
Origami
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.
Origami merupakan satu kesenian melipat
kertas yang dipercayai bermula semenjak kertas mula diperkenalkan pada abad
pertama di Tiongkok pada tahun 105 oleh seorang Tiongkok dikasi yang bernama
Ts’ai Lun.
Pembuatan kertas dari potongan kecil
tumbuhan dan kain berkualitas rendah meningkatkan produksi kertas.
Contoh-contoh awal origami yang berasal daripada Republik Rakyat Tiongkok
adalah tongkang Tiongkok dan kotak.
Pada abad ke-6, cara pembuatan kertas
kemudian dibawa ke Spanyol oleh orang-orang Arab. Pada tahun 610 di masa
pemerintahan kaisar wanita Suiko (zaman Asuka), seorang biksu Buddha bernama
Donchō (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo
(semenanjung Korea) datang ke Jepang memperkenalkan cara pembuatan kertas dan
tinta.
Origami pun menjadi populer di kalangan
orang Jepang sampai sekarang terutama dengan kertas lokal Jepang yang disebut
Washi.
Washi (和紙,
Washi?) atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional
di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan
tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.
Produksi washi sering tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen sehingga berharga mahal. Di Jepang, washi digunakan dalam
berbagai jenis benda kerajinan dan seni seperti Origami, Shodō dan Ukiyo-e. Washi juga digunakan sebagai
hiasan dalam agama Shinto, bahan pembuatan patung Buddha, bahan mebel, alas
sashimi dalam kemasan, bahan perlengkapan tidur, bahan pakaian seperti kimono,
serta bahan interior rumah dan pelapis pintu dorong.
Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang
kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.
Sudoku
Sudoku (数独, sūdoku?), juga dikenal sebagai Number Place
atau Nanpure, adalah sejenis teka-teki logika. Tujuannya adalah untuk
mengisikan angka-angka dari 1 sampai 9 ke dalam jaring-jaring 9×9
yang terdiri dari 9 kotak 3×3 tanpa ada angka yang berulang di satu baris,
kolom atau kotak. Pertama kali diterbitkan di sebuah surat kabar Perancis pada
1895 dan mungkin dipengaruhi oleh matematikawan Swiss Leonhard Euler, yang
membuat terkenal Latin square.
Versi modern permainan ini dimulai di
Indianapolis pada 1979. Kemudian menjadi terkenal kembali di Jepang pada 1986,
ketika penerbit Nikoli menemukan teka-teki ini yang diciptakan Howard Garns.
Nama “Sudoku” adalah singkatan bahasa
Jepang dari “Suuji wa dokushin ni kagiru” (数字は独身に限る, “Suuji wa dokushin ni kagiru”?), artinya
“angka-angkanya harus tetap tunggal”.